watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NGEWE DENGAN IBU BERJILBAB
<

Ibu-ibu genit sekarang banyak juga yang pake
jilbab, jadi inget mantan temen saya ceweknya
juga pake jilbab , tapi ngeseks nya jago banget,
nah untuk itu saya berharap teman-teman
jangan melihat simbol agama seseorang,
baiknya kita menilai pribadi orang itu, berikut
salah satu pribadi ibu ibu girang boleh di bilang
tante girang, tapi udah agak tua atau STW,
walaupun kesehariannya memakai jilbab,
ternyata dia masih gak sanggup menahan birahi,
Berikut ceritanya.
“Tadi malam saya lewat rumah ibu dan
mendengar suara menarik jadi saya mengintip.
Ternyata, saya lihat ibu sedang mencolok-
colokkan pisang ke itunya ibu sambil nyetel film
BF. Saya sangat terangsang.Kalau ibu setuju,
daripada pakai pisang saya juga mau dan
penginbegituan dengan ibu”.
Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap
dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor
HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Namun kendati
tinggal memencet tombol agar pesan terkirim,
aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum
(demikian Bu Ruminah biasa dipanggil) ngadu ke
ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang
kukirim, begitu aku membathin. Tapi, ah nggak
mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke
orang-orang. Sebab kalau dia cerita,
kebiasaannya memuaskan diri dengan buah
pisang kan jadi ketahuan. Begitu pikirku lagi.
Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi
SMS itu ke orang lain, akhirnya kutekan panel
tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS
trsebut.
Hanya dalam hitungan menit, reaksi dari SMS
yang kukirim langsung kudapat. HP ku berdering
dan pada layar terlihat nama Bu Rum
memanggil. Tetapi aku tidak berani mengangkat
karena pasti ia mengenali suaraku hingga
kudiamkan saja panggilannya. Setelah beberapa
kali telefonnya tidak diangkat, akhirnya sebuah
SMS masuk.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian
bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku
untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho
Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan
ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi
malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku
dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh… jangan ngawur. Saya bukan wanita
begituan dan saya kan sudah tua. Tolong
kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain.
Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS
berikutnya.
Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan
kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat
isengku makin menjadi.
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa.
Tapi sungguh saya sangat terangsang saat
melihat memek ibu dicolok buah pisang. Bahkan
lebih merangsang dibanding memek wanita bule
yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin
begituan dengan ibu memang bener-bener lho.”
Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya.
Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja.
“Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian
itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam
SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali
kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas.
Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek
dan itilnya bila ia mau melayaniku. Namun
Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS
an dengan Bu Rum tidak berlanjut.
Bu Ruminah yang biasa disapa Bu Rum adalah
tetanggaku. Rumahnya hanya terpaut tiga
rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno,
adalah pensiunan TNI dan pernah menjadi
Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW
sebelum terkena stroke dan mengalami
kelumpuhan. Sementara Bu Rum di samping
menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di
lingkungan RW tempat tinggalku, ia yang pernah
mengenyam pendidikan pesantren itu juga
mengajari ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang
menjadi teman dekat dan sekaligus muridnya.
Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya
kalau kuceritakan bahwa Bu Rum ternyata suka
melampiaskan hasrat seksnya dengan
menggunakan pisang. Betapa tidak, wanita
berusia 53 tahun itu, penampilan kesehariannya
sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup
rapat auratnya. Hingga orang tidak akan percaya
tentang kebiasaannya yang nyeleneh dalam soal
seks terlebih di usianya yang sudah tergolong
tua.
Tetapi aku benar-benar melihat dengan mata dan
kepalaku sendiri tentang apa yang dilakukan dia
yaitu memuasi diri dengan buah pisang. Bahkan
saat itu, terus terang aku sangat terangsang.
Terlebih saat ia meremasi sendiri kedua teteknya
yang gede dan melihat memeknya yang
dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan
buah pisang. Karena selalu terbayang oleh
bagian-bagian tubuhnya yang membuatku
terangsang, akhirnya aku iseng mengirim SMS.
Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak
dibalasnya, aku nyaris nekad dengan
mengancamnya bahwa bila ia tidak mau
melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi
dengan pisang itu kepada orang-orang. Hanya
setelah kupikir, tindakanku itu bisa membuat dia
kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan
niatku tersebut. Hanya aku tetap bertekad untuk
mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya
di tiap kesempatan. Hampir tiap hari, terkadang
pagi, siang maupun malam, beberapa SMS
kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan
keinginanku untuk menjadi patner seksnya
karena setelah memergoki dia main dengan
pisang aku menjadi sangat terangsang dan
terpaksa sering mengocok sendiri kontolku
sambil membayangkan menyetubuhinya. Tetapi
ia tetap tidak mau membalasnya. Pernah
beberapa kali ia mencoba menelepon tetapi aku
tidak berani mengangkatnya.
Oh ya, dari perkawinannya dengan Pak Kirno,
Bu Rum hanya mempunyai satu anak Mbak
Lasmi. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai
beberapa anak. Mbak Lasmi tinggal di tempat lain
di sebuah kecamatan terpencil karena suaminya
menjadi pegawai kecamatan di sana. Jadi status
Bu Rum adalah nenek dari beberapa cucu.
Puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada
Bu Rum terjadi ketika pengajian ibu-ibu di
kampungku yang dilaksanakan secara bergiliran
jatuh ke giliran ibuku. Karena acaranya
berbarengan dengan halal bi halal setelah
lebaran, pengajian yang diadakan di rumahku
terbilang besar. Hidangan yang biasanya cuma
snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam.
Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal,
kali ini didatangkan dari luar kota.
Sejak pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga
yang mempersiapkan acara tersebut termasuk
Bu Rum. Adanya wanita itu di rumahku
membuatku tidak berani mengirim SMS iseng
padanya. Hanya secara sembunyi-sembunyi aku
sering mencuri pandang menatapinya. Seperti
kebiasaannya, saat itu Bu Rum memakai busana
muslim dengan hiasan bordir yang apik. Yakni
sebuah baju terusan warna krem yang longgar
yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya
dipadu dengan celana panjang warna senada.
Dengan kerudung yang tak pernah lepas
menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi
besar itu nampak anggun dan berwibawa.
Acara pengajian yang dimulai selepas ashar,
baru berakhir menjelang maghrib. Sekira pukul
19.30 WIB, setelah acara beres-beres rumah
selesai ibu memanggilku. “Win tolong ini diantar
ke rumah Bu Rum ya.Tadi ia minta disisihkan
lontong dan opornya karena katanya di rumah
lagi tidak masak,” ujar ibuku.
Setelah beberapa kali berkirim SMS gelap
kepadanya, sebenarnya agak grogi untuk
berhadapan langsung dengan Bu Rum. Terlebih
mengingat kata-kata jorok dan porno serta
ajakan main seks dalam setiap SMS yang
kukirim. Tetapi aku juga tidak punya alasan
untuk menolak perintah ibu hingga dengan
terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang
besar berisi lontong dan opor kubawa ke rumah
Bu Rum. Setelah beberapa kali mengetuk pintu
dan menunggu agak lama, kulihat seseorang
mengintip dari balik korden dan akhirnya
membukakan pintu.Ternyata yang mengintip
dan membukakan pintu adalah Bu Rum sendiri.
“Ohkamu Win, ibu kira siapa. Ayo masuk,”
ujarnya mempersilahkanku.
Bu Rum yang kalau berada di luar rumah
berpakaian muslimah yang rapat,ternyata tidak
begitu adanya kalau sedang di dalam rumah.
Baju yang dipakainya hanya daster berbahan
tipis dan tanpa lengan. Hingga BH hitam dan
celana dalam putih yang dipakainya tampak
menerawang. “Saya disuruh mengantarkan ini
untuk Bu Rum,” kataku setelah berada di ruang
tamu rumahnya. Tetapi Bu Rum tidak langsung
menerima bingkisan makanan yang kusodorkan.
Ia kembali membuka pintu dan keluar rumah.
Setelah sesaat melihat sekeliling, ia kembali
masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia juga
mengajakku ke dalam, ke ruang tengah
rumahnya. “Taruh saja bawaannya di meja Win.
Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,”
katanya pelan.
Deg! Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia
sudah tahu kalau yang berkirim SMS selama ini
adalah aku, pikirku membathin. Gelisah
akudibuatnya. “Duduk sini Win. Tidak ada siapa-
siapa kok. Pak Kirno tadi dijemput Lasmi dan
suaminya karena ia ingin banyak menghirup
udara gunung yang segar. Mungkin agar bisa
pulih,” ujarnya lagi.
Agak sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno
suaminya sedang tidak dirumah. Setidaknya
kalau Bu Rum marah terkait soal SMS ku itu,
suaminya tidak ikut mendengarnya. Hanya aku
tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang
kurasakan. Seperti pesakitan yang menunggu
vonis hakim, aku hanya duduk mematung di
kursi sofa di ruang tengah rumah Bu Rum. Bu
Rum duduk di kursi lain yang ada, dekat tempat
aku duduk. Baru kusadari, daster yang
dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya
yang mulus terlihat terlihat terbuka. Hanya aku
tetap tidak dapat menikmati pemandangan yang
mengundang itu karena suasana tegang yang
terjadi.
“Tadi waktu di pengajian, ibu minta ijin ke ibumu
agar kamu mau mengantar ibu ke rumah Lasmi
tiga hari lagi untuk menjemput Pak
Kirno.Rencananya mau pinjam mobil Pak RT dan
kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan
memberi nomor HP milikmu. Tapi ibu jadi kaget,
sebab ternyata nomornya sama dengan nomor
yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini.
Jadi kamu Win yang suka SMS ke ibu,” ujarnya
tenang dan disampaikan tanpa emosi. Namun
meskipun begitu, sempat kecut juga nyaliku.
“Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa
yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-
orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih
banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-
orang,”.
Ah ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi
merasa plong. Bahkan dengan terbuka, Bu Rum
akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa
menggunakan pisang untuk memuaskan
dorongan seksnya. Diceritakannya, meski sudah
tergolong berumur namun kebutuhan
biologisnya belum padam benar. Padahal sudah
lama Pak Kirno tidak bisa menjalankan
kewajibannya sebagai suami. Bahkan jauh
sebelum terkena stroke. Makanya setiap
keinginan untuk itu datang ia selalu berusaha
memuaskan sendiri termasuk menggunakan
pisang.
“Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi
kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau
ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa
pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
Mungkin saking senangnya rahasianya soal
ngeseks dengan pisang tidak akan terbongkar ia
langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa
yang kududuki. Digenggam dan diguncang-
guncangkannya tanganku.
“Terima kasih win, ibu sangat berterima kasih,”
kata Bu Rum.
Beban yang semula seolah menghimpit dadaku
langsung sirna melihat sikap Bu Rum. Hanya
kembali aku sulit menjawab ketika ia
menanyakan perihal kata-kata dalam beberapa
SMS yang kukirimkan.
“Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang
mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku
terbata.
“Tidak apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu
cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat
terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya
dengan jawaban yang kuberikan. Namun
sebuah senyuman terlihat mengembang di
wajahnya hingga aku tidak takut lagi.
“Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan
dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,”
jawabku mantap.
Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih
dan mendekapku. Dalam kehangatan
dekapannya, wajahku tepat berada di busungan
buah dadanya yang terbungkus BH hitam.
Wajahku membenam di busungan susunya
yang memang berukuran besar. Diperlakukan
seperti itu kontolku jadi langsung bangkit.
Mengeras di balik celana dalam dan jins yang
kupakai.
Sesaat setelah Bu Rum melepaskan pelukan pada
tubuhku, kulihat gaya duduknya makin
sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga
pahanya yang membulat besar terlihat sampai
ke pangkalnya. Bahkan kulihat sesuatu yang
membukit dan terbungkus celana dalam warna
hitam. Aku tak berkedip menatapinya. Untuk
ukuran wanita seusia dirinya, kaki dan bagian
paha Bu Rum masih terhitung mulus. Memang
ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati
ke pangkal paha. Tetapi tidak mengurangi
hasratku untuk menatapi bagian yang
merangsang itu termasuk ke bagian membukit
yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut
di memeknya itu pasti sangat lebat karena
banyak yang tidak tertampung celana dalam
yang menutupinya hingga terlihat banyak yang
keluar dari celana dalam yang dipakainya.
Rupanya Bu Rum tahu mataku begitu terpaku
menatapi organ kewanitaannya. Mungkin karena
telah yakin aku benar-benar mau menjadi
pelepas dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana
dalam itu dan melepasnya.
“Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi
kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah.
Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas
main sendiri dengan tangan dan pisang,”
katanya.
Bahkan tanpa sungkan, setelah melepas sendiri
celana dalamnya ia duduk mengangkang
membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan
memeknya yang berbulu sangat lebat. Ah tak
kusangka akhirnya dapat melihat memek Bu
Rum dalam jarak yang sangat dekat. Memek Bu
Rum lebar dan membukit. Jembutnya sangat
lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya
yang kuning langsat sampai ke
selangkangannya. Puas memandangi bagian
paling merangsang di selangkangan wanita itu,
keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak
tertahan. Kujulurkan tanganku untuk
menyentuhnya.
Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan
tumbuh panjang. Jembut Bu Rum benar-benar
super lebat menutupi memeknya. Hingga meski
telah mengangkang, masih tidak terlihat lubang
memeknya karena tertutup rambut lebat itu.
Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh
sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di
bagian bawah mendekati lubang duburnya.
Menimbulkan bunyi kemerisik. Untuk bisa
melihat lubang memeknya, aku memang harus
menyibak rambut-rambut yang menutupinya
dengan kedua tanganku. Bibir luar memek Bu
Rum tampak tebal dan kasar karena sudah
banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman.
Di bagian dalam lubang memeknya yang
berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan
daging agak berlendir dan sebuah tonjolan. Ini
rupanya yang disebut itil, pikirku. Tidak seperti
ukuran memeknya yang besar, tebal dan
tembem, itil Bu Rum relatif kecil. Hanya
berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung
atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah
berkerut-kerut. Kutoel-toel itilnya itu dengan jari
telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan
ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.
“Kamu sudah pernah begituan dengan
perempuan Win? Ee.. maksud ibu ngentot
dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap
menggerayangi dan mengobok-obok
vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat memek wanita lain selain
punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film
BF yang pernah saya tonton. Memangnya
kenapa Bu?” Jawabku lagi.
Sebenarnya aku berbohong.Sebab di rumah aku
sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi
atau berganti pakaian di kamarnya. Mendengar
aku belum pernah berhubungan seks dengan
perempuan dan belum pernah menyentuh
vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa
sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah
melepas daster dan BH nya. Telanjang bulat
tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan
memintaku untuk melepas semua pakaian yang
kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata
Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah
tegak mengacung setelah aku telanjang.
Bu Rum tidak hanya membelai dan mengagumi
kontolku yang telah keras terpacak. Setelah
menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala
penisku, ia memasukkan batang kontolku ke
mulutnya. Aku jadi merinding menahan
kenikmatan yang tak pernah terbayangkan.
Tubuhku tergetar hebat. Sesekali kurasakan
mulutnya mengempot dan menghisap batang
kotolku yang kuyakin semakin mengembang.
Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya
perlahan. Ah, teramat sangat nikmat. Sangat
berbeda bila aku mengocok sendiri kontolku.
Saking tak tahan, tanpa sadar aku memegang
dan mengusap-usap rambut Bu Rum yang
semestinya tidak pantas kulakukan mengingat
usia dan sekaligus statusnya sebagai guru
mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku.
Tetapi Bu Rum tak peduli. Ia terus asyik dengan
kontolku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya
perlahan dengan gemas. Seperti wanita yang
baru melihat kejantanan milik pasangannya.
Mungkin karena selama ini ia hanya bisa
melakukannya dengan pisang setelah kotol
suaminya tidak berfungsi.Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu
Rum pada kontolku, kuremasi teteknya. Tetek Bu
Rum gede dan sudah menggelayut bentuknya.
Namun sangat lembut dan enak di remas.
Bahkan puting-putingnya langsung mengeras
setelah beberapa kali aku memerah dan memilin-
milinnya. Tak kusangka wanita yang dalam
keseharian selalu tampil dengan busana muslim
yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di
kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum
mengulum kontol. Aku dibuat kelojotan
menahan nikmat setiap ia menghisap dan
memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku.
Bahkan saat Bu Rum mulai mengalihkan
permainannya dengan menjilati kantung pelirku
dan menghisapi biji-biji pelir kontolku, aku tak
mampu bertahan lebih lama. Pertahananku
nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik
diri agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau
wajah Bu Rum.
Namun Bu Rum menahan dan menekan
pinggangku. “Mau keluar Win ? Muntahkan saja
di mulut ibu,” ujarnya sambil langsung kembali
menghisap penisku. Akhirnya, pertahananku
benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga
untuk menahannya karena merasa tidak enak
mengeluarkan mani di mulut Bu Rum. Sambil
mendesis dan mengerang nikmat pejuhku
muncrat sangat banyak di rongga mulut Bu
Rum. Cairan kental warna putih itu kulihat
berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia
tidak mempedulikannya. Bahkan menelannya
dan dengan lidahnya berusaha menjilat sisa-sisa
maniku yang berleleran keluar. Terpacu oleh
kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya
mani yang keluar membuat tubuhku lemas
seperti dilolosi tulang-tulangku. Aku terduduk
menyandar di si kursi sofa tempat Bu Rum
terduduk.
“Gimana Win, enak?”
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama
kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri
dan melangkah ke kamar mandi.
Saat kembali dari kamar mandi, Bu Rum
menyodorkan segelas besar teh manis hangat.
Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan
kuteguk.Terasa hangat dan nikmat setelah tenaga
hampir terkuras dan kini kembali segar. Saat itu
baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai
benang menutupi tubuhnya.Aku kembali terpaku
pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan
mulus. Wanita berpinggul besar dan berdada
montok namun sudah agak kendur itu,meskipun
sudah menjadi nenek masih sangat menggoda.
Jembutnya yang keriting lebat terlihat basah.
Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi
untuk menghilangkan bekas air maniku.
“Mau lagi Win?” ujarnya mendekat dan berdiri
tepat di tempat aku duduk. Kini memang
giliranku untuk memuaskannya setelah
kenikmatan yang diberikan padaku. Aku bingung
harus memulai dari mana dan melakukan apa
pada Bu Rum karena memang belum pernah
pengalaman dengan perempuan. Hanya dari
sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita
kelihatannya sangat suka kalau memeknya dijilat.
Maka aku langsung turun dari kursi panjang dan
berjongkok di depan Bu Rum. Memeknya yang
besar membusung kini tepat di hadapan
wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah.
Dan Bu Rum, melihat aku hanya terbengong
memandangi bukit kemaluannya, langsung
mengangkat kaki kirinya dan di tumpukan pada
kursi panjang. Karena pahanya yang terbuka kini
aku bisa melihat lubang memeknya yang
nampak sudah longgar. Lubang memeknya
menyerupai lorong panjang. Bahkan kulihat
itilnya yang mencuat di ujung atas belahan
memeknya.
Kembali aku menyentuh dan mengusap
memeknya. Bibir luar memeknya yang
berwarna coklat kehitaman penuh kerutan dan
terasa lebih tebal. Namun makin ke dalam lebih
lembut dan basah serta warnanya agak
memerah.Kudengar Bu Rum mendesah saat
jariku menyelinap masuk menerobos lubang
vaginanya. Rambut kepalaku diusap dan
diremas-remasnya. Desahannya
mengingatkanku pada suara wanita yang tengah
disetubuhi di adegan film BF. Aku jadi
terangsang. Kontolku kembali menggeliat dan
bangkit. Sambil mendesah, Bu Rum tak hanya
meremas dan menjambaki rambut kepalaku.
Tetapi ia berusaha menarik dan mendekatkan
wajahku kememeknya. Aku jadi tahu,
nampaknya ia tidak ingin memeknya hanya
dicolok-colok dengan jariku, Aku yang memang
sudah kembali terangsang langsung
mendekatkan mulutku dan mulai mengecupi
lubang memek Bu Rum.
Ternyata selain bibir luar vaginanya yang
mengeras dan berkerut-kerut, di luar kelentitnya
yang menonjol besar, ada sebentuk daging yang
menjulur keluar dari lubang memeknya.
Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam
jantan. Pengetahuanku tentang bagian paling
intim milik wanita memang sangat terbatas dan
melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini
mendapat kesempatan. Satu-satunya memek
wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik
ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat
ibu mandi. Atau saat berganti baju di kamarnya
dan pernah beberapa kali melihatnya dalam jarak
cukup dekat saat dia tidur. Tetapi
sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di
lubang memek ibuku. Jadi terasa agak aneh atas
apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum.
Tetapi aku tak peduli. Hingga selain menjilati bibir
vaginanya, jengger ayamnya juga tak luput dari
sentuhan mulut dan lidahku. Bahkan aku
langsung mengulum, menghisap dan menarik -
nariknya dengan mulutku.
“Ohhh… sshhh… aahhh… enak Win.
Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak
banget,”
Aku sangat senang karena ternyata Bu Rum
menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di
lubang memeknya. Dari liang sanggamanya
mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku.
Tetapi itu pun tidak membuat surut langkah
untuk terus mengobok-ngobok vaginanya
dengan mulut dan lidahku. Aku terus
mencerucupi dan menghisapnya hingga
lendirnya banyak yang tertelan masuk ke
kerongkonganku.Diperlakukan seperti itu Bu
Rum seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat
dan kulihat ia merintih, mendesah sambil
meremasi sendiri kedua tetek besarnya.
“Kamu naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh
jilatanmu di memek ibu enak banget,” katanya.
Seperti yang dimintanya, aku naik ke sofa dan
tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Setelah
itu Bu Rum ikutan naik. Tadinya kukira ia akan
menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas
seperti yang pernah kulihat dalam adegan film
mesum yang menggambarkan hubungan seks
antara wanita dewasa dan bocah ingusan. Tetapi
tidak. Ia berdiri dan memposisikan kedua kakinya
diantara tubuhku. Lalu bertumpu di dinding
tembok yang ada di belakang kursi sofa dan
sedikit menurunkan tubuhnya. Rupanya, ia
masih ingin mendapatkan jilatan di memeknya
dengan posisi yang membuat dirinya lebih
nyaman dan bergerak leluasa. Sebab saat
memeknya telah berada tepat di depan wajahku,
ia langsung membekapkannya ke mulutku.
Tak kusangka, wanita yang sangat dihormati di
kampungku karena selalu berbusana muslimah
yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di
usianya yang sudah 53 tahun masih sangat
menggebu. Pantesan ia suka menyogok-nyogok
memeknya dengan pisang. Mungkin karena tidak
tahan akibat tidak pernah disentuh oleh
suaminya yang sudah tidak bisa melayaninya
sama sekali.
Aku sempat gelagapan karena tidak mengira Bu
Rum akan membekapkan memeknya ke
wajahku. Tetapi setelah mengetahui apa yang
diinginkannya, aku langsung menyambutnya
meskipun tidak tahu harus bagaimana
semestinya dilakukan. Seperti sebelumnya
kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati
lubang memeknya. Namun kali ini dengan lebih
semangat. Daging jengger ayamnya yang keluar
dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku
menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang
vaginanya sampai hidung dan wajahku ikut
belepotan oleh lendir yang keluar dari liang
sanggamanya. Sambil terus mengobeli
memeknya dengan lidah dan mulutku, pantat Bu
Rum juga menjadi sasaran remasan tanganku.
Meskipun sudah melorot, pantat Bu Rum yang
besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya
ia menjadi keenakan. Bu Rum melenguh dan
mendesah.
“Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh..
enak banget. Terus colok memek ibu dengan
lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh….
ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin
dalam menjulurkan lidah.
Mendengar rintihan dan desahan Bu Rum, aku
jadi makin bersemangat.Hanya karena tidak
punya pengalaman, aku hanya menjilat dan
mengisap bagian dalam memeknya sekena-
kenanya. Rupanya karena terlalu menggebu, aku
sempat menghisap itilnya dengan kuat. Bu Rum
memekik. Tetapi tidak marah dan malah makin
keenakan.
“Ia Win itu itil ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh..
aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …
oooohhhh,”
Seperti yang dimintanya, itil Bu Rum yang
akhirnya paling sering menjadi sasaran jilatan
dan hisapan mulutku. Bahkan sambil terus
mencerucupi kelentitnya, dua jari tanganku
kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam
memeknya. Saat itulah Bu Rum menjadi
kelojotan dan beberapa saat kemudian ia
memintaku berhenti.
“Udah Win ibu nggak tahan. Bisa KO kalau
diteruskan. Sekarang ibu pengin dientot dengan
kontolmu. kamu juga pengin kan ngentot
dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi
saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya
menggamit lenganku.
Ia membawaku ke kamarnya. Kamar dengan
ranjang spring bed berukuran besar dan tampak
rapi tertutup sprei motif garis-garis. Di kamar Bu
Rum, ada meja rias berukuran besar dengan
berbagai alat make up di atasnya serta sebuah
almari pakaian model antik di samping gambar
Bu Rum dan suaminya dalam pose berpasangan
mengenakan pakaian adat Jawa. Foto itu
sepertinya dibuat saat usianya masih di bawah
40 tahun. Bu Rum terlihat sangat cantik dan
seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar
dan tampan. Adanya gambar Pak Kirno
suaminya di kamar itu, sebenarnya aku sempat
grogi. Tetapi melihat Bu Rum sudah telentang di
ranjang dan dalam posisi mengangkang, sayang
kalau harus melepaskan kesempatan yang sudah
berada di depan mata. Aku sudah sering
mengocok sendiri kontolku sambil
membayangkan ngentot dengan Bu Rum. Aku
juga ingin mengetahui dan merasakan seperti
apa rasanya ngentot sebenarnya.
Dengan kontol tegak mengacung aku naik ke
ranjang. Hanya aku tetap bingung bagaimana
harus memulai. Di antara kedua pahanya yang
membuka lebar, memek Bu Rum tampak
menganga menunggu batang zakar pria yang
mau menyogoknya. Sepasang buah dadanya
yang besar, dalam posisi telentang terlihat jadi
nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang
hitam kecoklatan terlihat menantang. Melihat aku
cuma mematung, rupanya Bu Rum menjadi tak
sabar. Ditariknya tanganku hingga menjadikan
tubuhku ambruk dan menindih tubuh
montoknya.Beberapa saat kemudian kurasakan
Bu Rum meraba selangkanganku dan meraih
kontolku. Batang penisku yang sudah
mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga
makin mengeras dan membesar.
Oleh wanita itu, kepala penisku digesek-
gesekkannya di sekitar bibir kemaluannya.
Setelah tepat berada di bagian lubangnya, ia
berbisik.”Tekan Win, biar kontol kamu masuk ke
memek ibu,” bisiknya lirih di telingaku.
Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan
batang kontolku yang lumayan panjang dan
besar seluruhnya masuk membenam. Mungkin
karena lubang memek Bu Rum yang sudah
kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir
yang keluar. Bagian dalam memek Bu Rum
hangat dan basah. Dan tanpa ada yang
memerintah, seperti semacam naluri, aku
membuat gerakan naik turun pinggangku hingga
kontolku sekan memompa lubang memek
wanita itu.
“Iya begitu Win, terus entot sayang. Ah..
aahhh….aahhh.. kamu merasa enak juga kan,”
Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu
Rum mulai mendesah-desah.Mungkin ia mulai
merasakan enaknya sogokan kontolku. Dan
bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada
tara. Jauh lebih nikmat dibanding mengocok
sendiri. Gesekan-gesekan batang kontolku pada
dinding memeknya yang basah menghantarkan
pada kenikmatan yang sulit kuucapkan. Aku
terus mengaduk-aduk memeknya dengan
kontolku. Mata Bu Rum membeliak-beliak dan
meremasi sendiri teteknya. Melihat itu aku
langsung menyosorkan mulutku untuk
mengulum dan menghisapi salah satu
putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat
kehitaman terasa mengeras di bibirku.
“Iya Win… terus hisap sayang… aahhh…
aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya
terus mendesah.Makin lama kusogok dan
kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan
makin basah. Rupanya semakin banyak lendir
yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok…
setiap kali batang kontolku masuk menyogok
dan kutarik keluar.
Bosan ngentotin Bu Rum dengan posisi
menindihnya, kuhentikan sogokanku pada
memeknya. Pasti asyik dan tambah merangsang
kalau bisa melihat memeknya yang tengah
kusogok-sogok, pikirku membathin. Aku
bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta
persetujuannya, kaki Bu Rum kutarik dan
kuposisikan menjuntai di tepi ranjang.
Tindakanku itu membuat Bu Rum agak kaget.
Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia
menunggu tindakan yang akan kulakukan
selanjutnya. Namun setelah pahanya kembali
kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan
ke lubang vaginanya, Bu Rum tersenyum.
“Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin memek
ibu Win? Iya sayang, kamu boleh melakukan apa
saja pada ibu,” katanya.
Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan
melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-
benar lebih asyik. Lebih merangsang karena bisa
melihat keluar masuknya kontol di lubang
memek. Saat kontolku kutekan, bibir memeknya
yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk.
Namun saat kutarik, seluruh bagian dalam
memeknya seakan ikut keluar termasuk jengger
ayamnya yang menggelambir. Pemandangan
itu membuat aku kian terangsang dan kian
bersemangat untuk memompanya. Teteknya
juga ikut terguncang-guncang mengikuti
hentakan yang kulakukan. Aku makin bernafsu
dan makin cepat irama kocokan dan sodokan
kontolku di liang sanggamanya. Bu Rum tak
dapat menyembunyikan kenikmatan yang
dirasakan. Ia merintih dan mendesah dengan
mata membeliak-beliak menahan nikmat.
Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil
mengerang-erang. Aku juga memperoleh
nikmat yang sulit kulukiskan. Meski lubang
memek Bu Rum sudah longgar tetapi tetap
memberi kenikmatan tersendiri hingga
pertahananku nyaris kembali jebol.
“sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… memek ibu
enak banget. Saya nggak kuat bu,” ujarku
mendesahsambil terus memompanya.
“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh…
kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit
memeluk serta menarik pinggangku hingga
tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya
yang panjang langsung membelit pinggangku
dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu
Rum membuat gerakan memutar pada pinggul
dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak.
Akibatnya batang kontolku yang berada di
kedalaman lubang memeknya serasa diperah.
Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak.
Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak
hanya memerah tetapi juga mengempot dan
menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-
benar makin tak tertahan.”
Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak
banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh
enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga mau nyampe. Tahan ya
sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…
aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
Goyangan pantat dan pinggul Bu Rum makin
kencang. Dan puncaknya, ia memeluk erat
tubuhku sambil mengangkat pinggangnya
tinggi-tinggi. Saat itu, di antara rintihan dan
erangannya yang makin menjadi kurasakan
tubuhnya mengejang dan empotan memeknya
pada kontolku kian memeras. Maka muncratlah
spermaku di kehangatan lubang memeknya
berbarengan dengan semburan hangat dari
bagian paling dalam vagina guru mengaji
ibuku.Karena kenikmatan yang aku dapatkan,
cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Rum.
Saat aku terbangun, Bu Rum sudah menyiapkan
segelas teh panas dan mengajakku menyantap
lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami
menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua
bungkus rokok kegemaranku telah tersedia di
meja makan. Kata Bu Rum, ia menyempatkan
membelinya di warung Lik Karni saat aku
tertidur.
Malam itu Bu Rum benar-benar melampiaskan
hasratnya yang tertahan cukup lama. Sesudah
makan aku diajaknya bergumul di karpet di
ruang tengah di depan televisi lalu berlanjut di
ranjang kamar tidurnya. Aku bak seorang murid
baru yang cerdas dan cepat pintar menerima
pelajaran. Ia mengaku sangat menikmati dan
merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku di
memeknya yang memiliki jengger ayam.
“Ibu kira udah nggak bakalan merasakan
enaknya yang seperti ini lagi. Karena sudah lima
tahun lebih sejak bapak kena stroke tidak pernah
mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai
pisang dan kadang kontol karet kalau lagi
kepengen,” katanya sambil meremas gemas
kontolku setelah persetubuhan yang keempat
kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu
tampil bak muslimah yang taat itu, juga memiliki
beberapa koleksi film porno. Ia sempat menyetel
sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku
saat istirahat setelah ngentot yang ketiga di
depan televisi. Namun yang mengejutkan,
karena “nonton bareng” film porno aku jadi tahu
kalau ibuku juga penggemar film porno.Itu
terlontar secara tak disengaja oleh Bu Rum. Kata
Bu Rum yang paling banyak dikoleksi adalah
yang menggambarkan adegan incest atau
hubungan seks antar anggota keluarga.
Saat itu Bu Rum memutar dua film. Film
pertama menggambarkan adegan seks antara
pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit
putih. Sang wanita kulit putih dibuat merintih dan
mengerang karena sogokan kontol pria
pasangannya yang perkasa. Bahkan akhirnya si
wanita merelakan anusnya dijebol kontol
panjang sang negro muda. Film kedua yang
merupakan semi film cerita mengisahkan wanita
STW yang bekerja di perusahaan penebangan
hutan. Suaminya selalu pergi cukup lama dan
hanya beberapa hari tinggal di rumah karena
pekerjaannya itu.Si ibu yang sering merasa
kesepian saat suaminya pergi, sering mengobel-
ngobel sendiri memek dan itilnya saat hasrat
seksnya datang.Ulah si ibu sering dipergoki
secara diam-diam oleh pria remaja yang
merupakan anak sulungnya. Maka di satu
kesempatan, saat tengah bermasturbasi dan
sang anak tak tahan menahan nafsu ia mendekati
sang ibu. Keduanya larut dalam permainan
panas di dapur, ranjang dan bahkan di kamar
mandi tanpa peduli bahwa sebenarnya mereka
pasangan ibu dan anak.
Usai pemutaran film yang kedua, kukatakan pada
Bu Rum bahwa dibanding film yang pertama,
adegan seks ibu dan anak yang paling bagus.
Tetapi komentarku itu membuat Bu Rum
keceplosan. Tanpa sadar ia menyebut bahwa
film porno itu dipinjam dari Bu Narsih (nama
ibuku). Saat itu ia berusaha meralat. Ia mungkin
baru bahwa yang diajaknya bicara adalah aku
anak Bu Narsih. Tetapi akhirnya Bu Rum
tersenyum dan berterusterang.
“Keinginan manusia akan seks kan manusiwai
Win. Seperti ibu dan ibumu,meskipun sudah
berumur tetapi kebutuhan akan itu masih belum
padam,”kata Bu Rum.
Ibuku memang sudah 3,5 tahun menjada
setelah ayah meninggal akibat menderita
diabetes cukup lama. Untuk menikah lagi
mungkin malu karena cucunya sudah tiga yang
diperoleh dari Mbak Ratri, kakak
perempuanku.Bahkan salah satu cucunya sudah
duduk di bangku SLTP. Maka ia memilih
memendam hasratnya dan lebih menyibukkan
diri pada usaha jual beli perhiasan berlian yang
menjadi usahanya selama ini.
Menurut Bu Rum, koleksi film-film porno yang
dimiliki ibuku cukup banyak. Koleksi film seksnya
yang berthema hubungan seks sedarah
tergolong lengkap. Bahkan Bu Rum mengaku, ia
mengenal penis palsu dari karet yang dikenal
dengan sebutan dildo juga dari ibuku. “Pergaulan
ibumu kan luas terutama dengan ibu-ibu dari
kalangan menengah atas. Mungkin dari ibu-ibu
yang menjadi sasaran bisnisnya itu ia jadi
mengenal banyak hal,” ujar Bu Rum
menambahkan.
Meskipun sangat kaget, tetapi aku tidak mencoba
memperlihatkannya di hadapan Bu Rum. Sebab
sebagai anaknya aku tidak pernah melihat ibu
nonton film porno atau barang-barang berbau
seks yang dimilikinya. Di kamar tidur ibu
memang ada televisi berukuran besar dan
perangkat pemutar DVD. Tetapi kebanyakan
film-filmnya adalah film hindustan karena ibu
penggemar berat bintang Shah Ruk Khan. Berarti
ia memiliki tempat penyimpanan khusus, ujarku
membathin.
Sekitar pukul 03.00 dini hari, dengan tubuh
lunglai aku meninggalkan rumah Bu Rum
dengan mengendap agar tidak dipergoki warga
lainnya. Ibuku membukakan pintu sambil
menggerutu. Katanya mengganggu orang
tidur.Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang
bangun tidur. Bahkan televisi di kamarnya
terdengar masih menyala. Seperti kebiasaanya
saat tidur ia selalu mengenakan daster
longgar.Tetapi saat itu dasternya kelewat tipis
hingga terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya
yang aduhai. Ternyata ia juga tidak memakai
kutang dan celana dalam sampai-sampai kulihat
tonjolan putingnya pada sepasang buah
dadanya yang hampir sama besar dengan
punya Bu Rum. Ah bisa jadi ibu bukannya tidur.
Tetapi lagi asyik mengocok-ngocok memeknya
dengan kontol karetnya sambil nonton adegan
seorang ibu yang tengah ngentot sama anak
lelakinya. Hanya karena terlalu kecapaian, aku
langsung masuk kamar dan tidur.


Adult | GO HOME | Exit
1/5055
U-ON

inc Powered by Xtgem.com